tag:blogger.com,1999:blog-7106193073337390402024-03-07T20:01:09.676-08:00Sasha's Blog :DFairusha Dewantihttp://www.blogger.com/profile/09573090633075752777noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-710619307333739040.post-40659903146981357352012-10-23T04:55:00.001-07:002012-10-23T04:55:04.191-07:00Cara Mengenali 3 Tipe Belajar Anak
<span style="color: #38761d;"><span class="date-header"></span></span>
<div class="post-body">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #38761d;">Setiap anak memiliki kemampuan
belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan dan
teknik pengajaran yang berbeda pula.</span></div>
<span style="color: #38761d;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #38761d;">Di sekolah umum, mungkin metode
pengajaran disamakan untuk semua murid. Tapi Anda bisa membantu sang
anak menerima pelajaran lebih baik saat belajar di rumah. Untuk itu,
Anda harus mengenali terlebih dahulu cara belajar anak.</span></div>
<span style="color: #38761d;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #38761d;">Dikutip dari Child Central, tipe
belajar anak bisa dibedakan menjadi tiga, visual; audotiry dan
kinestetik. Masing-masing tipe punya keunggulan juga kelemahan.
Seperti apa? Berikut ini penjelasannya.</span></div>
<span style="color: #38761d;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #351c75;"><strong>1. Visual</strong><br />
Tipe visual bisa menyerap pelajaran lebih baik dengan melihat. Mereka
lebih suka melihat atau membaca terlebih dulu sebelum belajar hal-hal
baru. Diperkirakan, sebanyak 80% pelajaran bisa dimengerti melalui
penglihatannya. Membaca buku dan melihat gambar adalah cara belajar yang
paling disukainya.</span></div>
<span style="color: #351c75;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #351c75;">Tipe visual juga biasanya memilih
duduk di kursi terdepan di sekolahnya, agar dia bisa melihat dengan
jelas guru dan papan tulis. Mereka sangat bagus menuliskan ulang apa
yang ada di papan tulis, tapi kadang suka terlewat instruksi yang
diberikan secara oral (dikte-red).</span></div>
<span style="color: #351c75;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #351c75;">Coba perhatikan tingkah laku anak Anda
saat mengerjakan pekerjaan rumah. Jika si anak lebih mudah mengerti
dengan membaca, tertarik pada gambar, diagram, tabel serta grafik;
kemungkinan besar anak Anda punya tipe belajar visual. Maka untuk
membantunya belajar di rumah, sediakan papan tulis serta gambar-gambar
menarik sebagai komponen pendukung agar dia lebih mudah mengerti dan
tertarik belajar.</span></div>
<span style="color: #38761d;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #0b5394;"><strong>2. Auditory</strong><br />
Anak dengan tipe belajar auditory, harus mendengarkan pelajaran mereka
untuk memahaminya. Mereka lebih suka segala sesuatunya dijelaskan
dengan perkataan. Tanyakan pada anak Anda, apakah dia lebih suka
menyimak pelajaran dari papan tulis atau saat guru mendiktenya? Jika
dia memilih yang kedua, maka si anak adalah tipe auditory.</span></div>
<span style="color: #0b5394;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #0b5394;">Dilansir oleh eHow, tipe pendengar
biasanya merekam informasi yang telah diucapkan. Beberapa dari mereka
bahkan merasa lebih nyaman belajar jika disertai suara musik pelan.
Mereka biasanya mengingat pelajaran dalam bentuk lagu favorit atau
puisi. Keuntungan dari tipe ini, mereka tidak mudah bosan belajar,
selama materinya disampaikan dengan cara audio.</span></div>
<span style="color: #0b5394;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #0b5394;">Bila anak Anda termasuk tipe auditory,
Anda bisa membekalinya dengan perangkat audio seperti MP3 player yang
dilengkapi fitur audio recording. Sebelumnya, minta bantuan guru di
sekolahnya untuk menyampaikan materi secara visual maupun audio dengan
intensitas yang sama. Dengan begitu, anak dengan kemampuan belajar
visual maupun auditory bisa sama-sama menyerap pelajaran dengan baik.
Namun jika si anak tetap sulit menangkap pelajaran --karena sebagian
besar sekolah reguler menerapkan metode pengajaran visual-- Anda bisa
memasukkannya ke sekolah privat atau home schooling.</span></div>
<span style="color: #38761d;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #b45f06;"><strong>3. Kinestetik</strong><br />
Anak dengan kemampuan belajar kinestetik tidak bisa hanya duduk tenang
dan menunggu informasi disampaikan. Mereka tertarik mencari sendiri
hal-hal yang ingin mereka tahu tanpa harus selalu membaca buku panduan.
Oleh karena itu, tipe ini cenderung tidak bisa diam dan kerap
dianggap anak nakal karena kerap tidak bisa diam dan sulit
mendengarkan penjelasan guru di sekolah.</span></div>
<span style="color: #b45f06;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #b45f06;">Selain itu, tipe kinestetik sangat
suka berjalan-jalan karena mereka melihat lingkungan sekitar dengan
cara berbeda. Bagi mereka, bumi adalah sebuah taman bermain raksasa
yang penuh dengan berbagai hal menarik yang ingin mereka ketahui dan
jelajahi.</span></div>
<span style="color: #b45f06;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #b45f06;">Tanyakan pada anak Anda, ketika
mendengar kata 'kucing', apa yang langsung terlintas dalam pikirannya?
Jika ia mengatakan; 'hewan dengan bulu-bulu halus', kemungkinan besar
si anak adalah tipe kinestetik. Sentuhan dan rasa sangat penting
baginya dan dia lebih tertarik pada pelajaran yang bersifat eksperimen
dan study tour.</span></div>
<span style="color: #b45f06;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #b45f06;">Ajari dia belajar dengan cara
mencontohkan apa yang harus dia lakukan. Tipe kinestetik menangkap
informasi baru dengan melihat apa yang dilakukan orang lain, lalu
mencobanya sendiri. Gunakan balok-balok atau magnet bertuliskan huruf
alfabet untuk ajarkan dia mengeja. Si anak akan mengingat huruf-huruf
dengan menyentuh dan memindah-mindahkannya. Buat aktivitas belajar dalam
beberapa sesi dengan waktu yang pendek, dan tawarkan istirahat
sebentar di setiap akhir sesi agar tidak lelah.</span></div>
<span style="color: #38761d;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;">Sumber : detik.com</span></div>
</div>
<div class="clear">
<span style="color: #38761d;"> </span></div>
Fairusha Dewantihttp://www.blogger.com/profile/09573090633075752777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-710619307333739040.post-76110617964579988692012-10-23T04:43:00.002-07:002012-10-23T04:45:25.062-07:00Scoliosis? Apa tuh? <span style="color: #38761d;">Halo kawan! Posting pertama saiya nih ehehe.. *apasihsa* </span><br />
<span style="color: #38761d;">Di posting ini saiya mau jelasin apa itu Scoliosis, mungkin temen-temen udah pada belajar sekilas pas SD, SMP, maupun SMA, tapi belom tau secara detailnya kan? </span><br />
<br />
<span style="color: orange;">======================================================================</span><br />
<br />
<span style="color: red;"> <span style="font-size: large;">Skoliosis?</span></span><br />
<br />
<span style="color: purple;">Skoliosis</span> adalah kelengkungan <span style="color: #990000;">tulang belakang yang abnormal ke arah samping</span>, yang dapat terjadi pada<span style="color: lime;"><span style="color: magenta;"> <span style="color: purple;">segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).</span></span><span style="color: purple;"> </span></span>Sebanyak <span style="color: purple;">75-85%</span> kasus skoliosis merupakan<span style="color: purple;"> idiofatik</span>, yaitu kelainan yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan<span style="color: purple;"> 15-25%</span> kasus skoliosis lainnya merupakan <span style="color: purple;">efek samping</span> yang diakibatkan karena menderita <span style="color: purple;">kelainan</span> tertentu, seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down, dan penyakit lainnya. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar <span style="color: black;">tulang belakang</span> tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang menjadi melengkung.<br />
<br />
Sekitar 4% dari seluruh
anak-anak yang berumur 10-14 tahun mengalami skoliosis; 40-60%
diantaranya ditemukan pada anak perempuan, yah termasuk saiya sih :D <br />
<br />
<span style="color: red;">Penyebab</span><br />
<br />
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:<br />
<br />
1.
<span style="color: #073763;">Kongenital (bawaan)</span>, biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu.<br />
<br />
2. <span style="color: #073763;">Neuromuskuler</span>, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut:<br />
- Cerebral palsy<br />
- Distrofi otot<br />
- Polio<br />
- Osteoporosis juvenil<br />
<br />
3. <span style="color: #073763;">Idiopatik</span>, penyebabnya tidak diketahui. Tapi ada kemungkinan dari keturunan setau saiya ):<br />
<br />
<span style="color: red;">Gejalanya berupa:</span><br />
- tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping<br />
- bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya<br />
- nyeri punggung<br />
- kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama<br />
- skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60?) bisa menyebabkan gangguan pernafasan.<br />
<br />
Kebanyakan
pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada
punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga
bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih
tinggi dari pinggul kiri.<br />
<br />
<span style="color: red;"><span style="font-size: large;">Diagnosa</span></span><br />
<br />
Pada pemeriksaan fisik
penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa
dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.<br />
Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.<br />
<br />
# Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: Rontgen tulang belakang<br />
# Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang)<br />
# MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).<br />
<br />
<span style="color: red;"><span style="font-size: large;">Pengobatan</span></span><br />
<br />
Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat dan lokasi kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang.<br />
Jika
kelengkungan kurang dari <span style="color: #351c75;">20 derajat</span>, biasanya tidak perlu dilakukan
pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan secara teratur
setiap<span style="color: #351c75;"> 6 bulan</span>.<br />
<br />
Pada <span style="color: orange;">anak-anak yang masih tumbuh</span>, kelengkungan
biasanya bertambah sampai <span style="color: #b45f06;">25-30 derajat</span>, karena itu biasanya dianjurkan untuk
menggunakan brace (alat penyangga) untuk membantu memperlambat
progresivitas kelengkungan tulang belakang. Brace dari Milwaukee &
Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus
dipasang selama <span style="color: #b45f06;">23 jam/hari</span> sampai masa pertumbuhan anak berhenti.<br />
<span style="color: red;">Brace tidak efektif</span> digunakan pada <span style="color: red;">skoliosis kongenital maupun neuromuskuler.</span><br />
<br />
Jika kelengkungan mencapai<span style="color: purple;"> 40 derajat atau lebih</span>, biasanya dilakukan<span style="color: red;"> pembedahan</span>.<br />
Pada
pembedahan dilakukan <span style="color: red;">perbaikan kelengkungan dan peleburan
tulang-tulang</span>. Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan <span style="color: blue;">1-2
alat logam</span> yang terpasang sampai <span style="color: blue;">tulang pulih (kurang dari 20 tahun).</span><br />
Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu dipasang brace untuk menstabilkan tulang belakang.<br />
<br />
Kadang
diberikan perangsangan <span style="color: #38761d;">elektrospinal</span>, dimana <span style="color: #38761d;">otot tulang belakang
dirangsang</span> dengan <span style="color: #38761d;">arus listrik rendah</span> untuk<span style="color: #38761d;"> meluruskan tulang belakang</span>.<br />
<br />
<span style="color: #3d85c6;"><span style="background-color: white;"><b>Apa yang terjadi jika skoliosis tidak di tangani?</b>
</span></span><br />
<ul>
<li><span style="color: #38761d;">Sistem pernafasan </span></li>
<ul>
<li>Pada skoliosis berat, di mana lengkungan lebih dari 70 derajat, iga
akan menekan paru-paru, sehingga menimbulkan kesulitan bernafas.
bengkoknya tulang belakang juga bisa mengakibatkan volume paru paru
ataupun rongga dada jadi berkurang karena sebagian bengkoknya tulang
mengambil ruang atau tempat paru paru. </li>
</ul>
<li><span style="color: #38761d;">Sistem kardiovaskuler </span></li>
<ul>
<li>Pada lengkungan yang lebih besar dari 100 derajat, kerusakan bukan
hanya pada paru,namun juga pada jantung. Pada keadaan demikian, infeksi
paru terutama radang paru akan mudah terjadi. jantung juga akan
mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih
mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia. </li>
</ul>
<li><span style="color: #38761d;">Sistem musculoskeletal </span></li>
<ul>
<li>Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa skoliosis depan
menimbulkan risiko kehilangan densitas tulang (osteopenia). Terutama
pada wanita yang menderita skoliosis sejak remaja dan risiko menderita
osteoporosis akan meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain
postur tubuh yang jelek, skoliosis tingkat ringan dan sedang baru
menimbulkan keluhan bila sudah berusia di atas 35 tahun. Keluhan yang
mereka derita biasanya sakit kronis di daerah pinggang yang lebih dini
dibandingkan orang yang normal seusianya. Hal ini akibat proses
degenerasi yang lebih dini. Daerah yang menerima beban yang berlebihan
(daerah cekung=concave) akan lebih cepat mengalami proses degenerasi
ini. </li>
<li>Kifosis juga dapat terjadi, Jika scoliosis dibiarkan tidak diobati,
dapat menyebabkan tulang belakang bagian atas untuk memutar,
menghasilkan, bulat, atau membungkuk kembali. Hal ini dikenal sebagai
kyphosis dan juga akan menyebabkan sakit punggung</li>
</ul>
<li><span style="color: #38761d;">Sistem pencernaan </span></li>
<ul>
<li>sistem pencernaan terganggu karena ruang di perut terdesak tulang, sehingga kerja peristaltic usus kian menurun </li>
</ul>
<li><span style="color: #38761d;">Sistem neuromuskuler </span></li>
<ul>
<li>berdampak tidak baik pada struktur disekitarnya, salah satunya
adalah menekan saraf yang berseliweran di tulang belakang, gejalanya
dapat berupa pegal, kesemutan, sulit bernafas (karena fungsi paru-paru
dan jantung terganggu), cepat merasa lelah, susah untuk fokus, dan lain
sebagainya<span style="color: orange;">.</span></li>
</ul>
</ul>
<span style="color: red;"><span style="font-size: large;">Prognosis</span></span><br />
<br />
Prognosis<span style="color: #351c75;"> tergantung </span>kepada <span style="color: #cc0000;">penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan</span>.<br />
Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu.<br />
<br />
<span style="color: #7f6000;">Skoliosis
ringan</span> yang hanya diatasi dengan brace memiliki <span style="color: #274e13;">prognosis yang baik dan
cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang</span> selain kemungkinan
<span style="color: #274e13;">timbulnya sakit punggung</span> pada saat usia penderita semakin bertambah.<br />
<span style="color: #990000;">Penderita skoliosis idiopatik</span> yang menjalani <span style="color: #990000;">pembedahan</span> juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat.<br />
<br />
<span style="color: #0c343d;">Penderita
skoliosis neuromuskuler</span> selalu memiliki <span style="color: #4c1130;">penyakit lainnya yang serius</span>
(misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari
pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi
roda.<br />
<br />
Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah
kelainan bentuk yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak
mudah dan perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.<br />
<br />
<span style="color: orange;">======================================================================</span><br />
<br />
<span style="color: #38761d;">Walah setelah tau ngeri juga ya.. apalagi kalo udah parah derajatnya.. saiya jadi ngeri sendiri.. orz #selfslap </span><br />
<span style="color: #38761d;"><br /></span>
<span style="color: #38761d;">Oh iya Scoliosis itu adalah "kelainan" bukan penyakit.. jadi yah.. bagi para penyandang scolioser gak bisa sembuh total, yang kita bisa cuma mengantisipasi biar derajatnya gak nambah. Efek scoliosis suka bikin jengkel juga sih kayak gampang cape, gak bisa lari cepet2, loncat, dan melakukan hal2/olahraga berat, trust me, IKUTI SARAN DOKTER.. saiya udah kena karmanya sekali.. badan kaku dan punggung kesemutan.. mau melakukan aktivitas aja susahnya minta ampun gara2 sakit punggung.. =__=; </span><br />
<br />
<span style="color: #38761d;"> Walau tau kita gak bisa sembuh total, jangan putus asa! Kita pasti mampu kok beraktivitas layaknya temen2 kita yg normal! SEMANGAT SCOLIOSER! XDD</span><br />
<br />
Source: Wikipedia, http://wulanweki.blogspot.com/2009/07/apa-itu-skoliosis.html , http://sikkahoder.blogspot.com/2012/07/skoliosis-proses-terjadinya-penyebab.htmlFairusha Dewantihttp://www.blogger.com/profile/09573090633075752777noreply@blogger.com0